Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,
maka tidak akan banyak da’i yang berguguran di tengah jalan.
Dakwah akan terus melaju dengan mulus untuk meraih tujuan-tujuannya dan mampu memancangkan prinsip-prinsipnya dengan kokoh.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,
niscaya hati sekian banyak orang akan menjadi bersih, pikiran mereka akan bersatu, dan fenomena ingin menang sendiri saat berbeda pendapat, akan jarang terjadi.
Jika komitmen da’i benar-benar tulus,
maka sikap toleran akan semarak, saling mencintai akan merebak, hubungan persaudaraan semakin kuat, dan barisan para da’i akan menjadi bangunan yang berdiri kokoh dan saling menopang.
Jika komitmen da’i benar-benar tulus,
maka dia tidak akan peduli saat ditempatkan di barisan depan atau belakang.
Komitmennya tidak akan berubah ketika dia diangkat menjadi pemimpin yang berwenang menentukan keputusan dan ditaati
atau hanya sebagai jundi yang tidak dikenal atau tidak dihormati.
Jika komitmennya benar-benar tulus,
maka hati seorang da’i akan tetap lapang untuk memaafkan setiap kesalahan saudara-saudara seperjuangannya, sehingga tidak akan tersisa tempat sekecil apapun untuk permusuhan dan dendam.
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,
maka sikap toleran dan memaafkan akan terus berkembang, sehingga tidak ada momentum yang bisa menyulut kebencian, menaruh dendam, dan amarah.
Namun sebaliknya, semboyan yang diusung bersama adalah 'saya sadar bahwa saya sering melakukan kesalahan, dan saya yakin anda akan selalu memaafkan saya'.
Jika komitmen da’i benar-benar tulus,
maka tidak mungkin akan terjadi kecerobohan dalam menunaikan kewajiban dan tugas dakwah.
Namun yang terjadi adalah fenomena berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dan bersungguh-sungguh untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.
Jika komitmen da’i benar-benar tulus,
maka semua orang akan sangat menghargai waktu. Bagi setiap da’i, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia karena dia akan menggunakannya untuk ibadah kepada Allah di sudut mihrab, atau berjuang melaksanakan dakwah dengan menyeru kepada kebaikan atau mencegah kemungkaran.
Atau menjadi murabbi yang gigih mendidik dan mengajari anak serta istrinya di rumah. Da’i yang aktif di masjid untuk menyampaikan nasihat dan membimbing masyarakat.
Jika komitmennya benar-benar tulus,
maka setiap da’i akan segera menunaikan kewajiban keuangannya untuk dakwah tanpa dihinggapi rasa ragu sedikit pun. Semboyannya adalah *apa yang ada padamu akan habis dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal.*
Jika komitmennya benar-benar tulus,
maka setiap da’i akan patuh dan taat tanpa merasa ragu atau bimbang. Di dalam benaknya, tidak ada lagi arti keuntungan pribadi dan menang sendiri.
Jika komitmen da’i benar-benar tulus,
maka akan muncul fenomena pengorbanan yang nyata.
Tidak ada kata *ya* untuk dorongan nafsu atau segala sesuatu yang seiring dengan nafsu untuk berbuat maksiat.
Kata yang ada adalah kata *ya* untuk setiap perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah.
Jika komitmen para da’i benar-benar tulu,
maka setiap anggota akan menaruh kepercayaan yang tinggi kepada pemimpin fikrah. Setiap yang bergabung akan melaksanakan kebijakan pimpinannya dan menegakkan prinsip-prinsip da’wah di dalam hatinya
Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar tulus,
maka setiap orang yang kurang teguh komitmennya akan menangis, sementara yang bersungguh-sungguh akan menyesali dirinya karena ingin berbuat lebih banyak dan berharap mendapat balasan serta pahala dari Allah.
Jumat, 23 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar