Kamis, 23 Juni 2011

1001 Alasan MEnghafal Al-Qur'an




Seorang pemuda memberi mahar dengan hafalan surat Ar Rahman. Subhanallah. Dia berusaha untuk mewujudkan permintaan calon istrinya hanya dalam jangka waktu 3 bulan! Siang malam dia menghafal surat Ar Rahman. MP3 player tidak lepas dari telinganya demi menghafal surat Ar Rahman. Sebuah mahar yang sangat berharga karena tentu bukan nilai hafalannya saja tapi nilai keshalihannya yang diharapkan dari sang calon suami.

Seorang ibu berhasil menghafal 4 surat dalam Al Qur’an atas anjuran seorang ustadz agar ia terbebas dari lilitan hutang dan keterpurukan himpitan beban ekonomi. Atas segala daya upayanya ia berhasil menghafal surat Al Mulk, Ar Rahman, Yaasin, dan Al Waqi’ah. Subhanallah. Seorang ibu ditengah himpitan kesusahan bisa menghafal 4 surat Al Qur’an!

Seorang pemuda punya satu gambaran bahwa kelak dia akan menjadi pejuang dakwah. Yang namanya pendakwah akan menemui banyak halangan dan rintangan, bahkan yang terburuk dia bisa ditahan oleh penguasa dzalim. Untuk mengisi hari-hari di tahanan itu kelak, maka dia menyiapkan diri dengan menghafal 30 Juz Al Qur’an, dan dia bisa mewujudkannya! Subhanallah, dia hafidz qur’an pada usia muda.

Ada 1000 alasan (motivasi) bisa kita munculkan untuk menghafal Al-Qur’an, mulai dari alasan untuk mahar, mengatasi masalah ekonomi, atau untuk antisipasi tantangan dakwah, semua itu boleh kita munculkan. Tapi ada satu alasan yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan:


Dari Abdullah bin Umar dan dari Ibnu ‘Ash RA, dari Nabi SAW: “Dikatakan kepada sahabat Al-Qur’an: “Bacalah dan naiklah, bacalah sebagaimana kamu membaca di dunia, maka sesungguhnya (tingginya) kedudukan (dicapai) pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan An Nasai).

Pada hari ketika mushaf yang ada di dunia ini sudah tidak ada lagi (karena ini ceritanya di akhirat), maka seorang hamba diminta membacakan ayat Al-Qur’an yang dia bisa baca pada waktu itu. Semakin banyak ayat yang bisa dia bacakan, maka semakin tinggi tingkatannya di surga. Tentu kita akan bisa membacakannya manakala kita sering berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik itu dengan tilawah, tahfidz, tadabbur, mengamalkannya dan mendakwahkannya. Wallahu a’lam bishowab.

Oleh: Budi Riana

Minggu, 05 Juni 2011

Sholat Tahajud Sebagai Terapi Berbagai Penyakit (Dimensi Psikoneuroimunologi sholat)

Taukah apa kita itu Psikoneuroimunologi?
Tahukah juga bahwa ternyata sholat bisa menjadi terapi berbagai penyakit? Yah, bagi sebagian orang mungkin akan kaget dengan judul yang saya tulis. Namun, percayalah, bahwa ini memang benar adanya dan telah dibuktikan secara ilmiah efek sholat terhadap kesembuhan penyakit.

Secara sederhana Psikoneuroimunologi dapat diartikan sebagai bentuk kekebalan tubuh yang didapat dari
kondisi psikologi dan keadaan jiwa seseorang. Atau bisa juga diartikan sebagai hubungan antara keadaan otak/ saraf, pkisis dan kekebalan tubuh seseorang. Jadi, secara Psikoneuroimunologi kesehatan seseorang akan terganggu ketika ada gangguan pada aspek psikologis.

WHO (World Health Organization) mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera secara fisik, jiwa, sosial dan ekonomi. Sedangkan teori lama tentang timbulnya penyakit menyatakan bahwa suatu penyakit akan muncul jika terdapat gangguan pada salah satu atau lebih aspek dari segitiga berantai. Segitiga tersebut meliputi Host, agent dan environment yang bisa digambakan sebagai segitiga yang erdiri dari : host-Agent- environment

Artinya seseorang akan sakit jika keadaan tubuh sedang ada gangguan, ada agen penyebab penyakit, atau/dan adanya lingkungan yang mendukung pada timbulnya penyakit. Teori lama ini kurang memperhatikan factor psikologi sebagai penyebab timbulnya penyakit. Berbeda dengan teori baru yang dikemukakan Prof. Dr. H.M Sholeh Drs.MPD.PNI dalam
seminarnya di UNISULA (20 Desember 2008). Beliau menyebutkan bahwa etiologi (penyebab) timbulnya penyakit ada lima, yaitu: pola piker, pola makan, pola laku, pola lingkungan (missal radiasi), serta kehendak Alloh SWT. Beliau juga menyebutkan bahwa pada dasarnya sumber dari berbagai penyakit adalah factor ketidakikhlasan dan kesombongan
yang bercokol di hati. Orang yang sombong, dengki dan tidak ikhlas cenderung lebih rentan terhadap stress. Sementara itu jika kita stress tubuh kita akan mengeluarkan Hormone cortisol, yaitu suatu hormone yang dihasilkan oleh cortex adrenal (suatu kelenjar yang berada di ginjal bagian atas) dan hanya akan keluar jika kita stress. Cortisol akan menyebabkan protein dari berbagai jaringan smidal otot dsb-kesuali protein pada hati- dilepaskan untuk kemudian diubah lagi menjadi glukosa. Cortisol yang meningkat menyebabkan penurunan sel-sel makrofag, basofil, ionofil dll dalam tubuh, dimana sel-sel tersebut pada dasarnya berfungsi `memakan` sel-sel abnormal dalam tubuh. Jika sel-sel tadi jumlahnya semain turun, maka diprediksi apa yang akan terjadi, yaitu peningkatan sel abnormal dalam tubuh yang manifestasi aikhirnya adalah akan timbul suatu penyakit. Secara ringkas, Ganner dalam BiokimiaHarper menyatakan bahwa kortisol menekan system imun (pertahanan tubuh) yang menyebabkan seseorang rentan terhadap penyakit.

Psikoneuroimunologi Dari Segi Sains

Modifikasi system imun pada saat stress Seperti yang telah dibahas di atas, bahwa ketika kita stress akan terjadi gangguan pada sel-sel tubuh kita, yang secara skematis bisa digambarkan sebagai berikut:

Stress
peningkatan hormone cortisol penurunan sel makrofag
(pemakan sel-sel abnormal) peningkatan sel abnormal
pertumbuhan myoplasma (tumor atau kanker) dan penurunan tingkat
kekebalan

Sekedar catatan, 1 sel makrofag akan memakan > 20 sel abnormal dalam
tubuh. Ini berarti jika ada 10 saja sel makrofag yang turun, maka
akan ada 200 sel abnormal yang muncul dalam tubuh kita. Perbandingan
yang cukup tajam, bukan?

Hubungan Kortisol dengan Tahajud

Kortisol dikeluarkan oleh kelenjarnya secara periodic, sehingga membentuk suatu irama yang disebut sebagai `Irama sirkadian`. Kadar kortisol tertinggi dicapai setelah tengah malam (dini hari) hingga siang hari. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menurunkan kadarnya secara umum sehingga kita sehat dengan kekebalan yang tinggi? Kuncinya adalah: Tahajud!

Padasaat kita sholat tahajud, maka kita terbawa pada suatu kondisi emosional yang stabil. Kita akan lebih rileks dan kondisi psikologimenjadi lebih tenang. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Sholeh terhadap 41 responden siswa SMU
Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya menunjukkan bahwa pada pengamal sholat tahaud, kadar hormone kortisol relative stabil dan relative lebih rendah. Ketika diuji kadar system imunnya, diperoleh hasil yang bermakna pada uji statistic dalam kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sholat tahajud berpengaruh terhadap peningkatan respon ketahanan tubuh imunologik. Sholat tahajud yang dilaksanakan secara kontinyu (terus menerus/ berkesinambungan), khusyuk dan ikhlas mampu menumbuhkan persepsi dan motivasi positive dan memperbaiki suatu mekanisme tubuh dalam mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban
yang diterima. Dengan sholat yang lama, maka sel makrofag mencapai maksimal dan akan memakan sel abnormal lebih banyak.

Prof. Sholeh juga menyebutkan bahwa dengan sholat tahajud selama 2 bulan, akan menurunkan kadar kortisol, meningkatkan jumlah makrofag, basofil, ionofil dll, menurunkan jumlah sel abnormal dan akhirnya penyakit dapat sembuh. InsyaAlloh…

Jadi, marilah bersama-sama menunaikan tahajud agar hidup kita bisa lebih sehat, baik lahir maupun batin. Ayo!


* disarikan dari seminar Psikoneuroimunologi dalam ANTIBIOTIK 4
UNISSULA, Semarang 20 Desember 2008, oleh Prof. Dr. H.M Sholeh
Drs.MPD.PNI
* buku pendukung: Super Health, Gaya Hidup Sehat Rosululloh. Egha Zainur
Ramadhani. 2007:49-52 )